Home

Dari Slank Untuk Slanker

Slank – From Zero to Hero (3)

No Comments Media Release

GeMusik News – Ganja beredar dari satu tangan ke tangan lain di lingkungan Markas Slank. Untuk memutus mata rantai dengan bandar narkoba yang berkeliaran dengan bebas, Bunda Iffet lantas membangun pagar lengkap dengan pintu gerbang. Slankers pun tak lagi leluasa keluar masuk menemui idola mereka.

“Tahu bahwa di depan rumah dipasangin pagar, anak saya (Bimbim) mengamuk. Tapi Bunda biarin saja. Harus tega kalau menginginkan dia sembuh,” cerita Bunda lirih. Demi menyelamatkan Slank dari kehancuran, ia terpaksa meninggalkan kesibukannya sebagai Ketua Organisasi Tanaman se-DKI dan sepenuhnya mencurahkan perhatian membentengi Bimbim dan Kaka dari rongrongan bandar.

Ivanka (bass)

Dengan alasan menghindari terseret narkoba, Renold cabut. Pengunduran dirinya hanya disampaikan melalui ibunya ke Bunda Iffet. Ivanka yang memilih bertahan akhirnya terjerat penggunaan obat-obatan psikotropika. Orang tuanya yang merasa putus asa kemudian mendatangi Bunda untuk meminta pertolongan. “Sebenarnya waktu itu saya sendiri sedang kawalahan dengan Bimbim dan Kaka, tapi ya sudahlah, kasihan mereka.”

Ahmad Ramadhani (Bang Denny)

Setelah Renold, Denny Ramdhani ikutan mundur meski dengan alasan berbeda. Saat saya mewawancarainya untuk liputan cover story majalah Rolling Stone Indonesia, mantan bassis Slank ini curhat. “Gue merasa dbohongi sama mereka. Bilangnya cuma minum-minum, nggak taunya make narkoba. Gue nggak terima,” kisahnya.  Kelanjutannya mudah ditebak, Pulau Biru Indonesia yang dirintisnya pun terlantar. Bimbim bahkan sempat berpikir untuk membubarkan Slank.

Ridho Hafiedz (gitar)

Untuk merampungkan penggarapan album Lagi Sedih (1997), Bunda mengundang kembali keterlibatan Boedi Soesatio. Untuk diketahui, Boedi Soesatio adalah produser yang berhasil membawa Slank ke industri rekaman melalui bendera Program. Nama inilah yang pertama kali mendesain logo Slank seperti terlihat pada sampul album Suit – Suit …He…He… (Gadis Sexy) (1990) dan Kampungan (1991). Setelah kerjasama mereka berakhir, Bongky Marcel kemudian mengubah logo tadi menjadi lebih ‘gaul’ dan mulai dimunculkan  melalui sampul album keempat, Generasi Biru (1994). Slank mendirikan Piss Records, diambil dari judul album ketiga, untuk menggantikan posisi Program.

“Pada saat saya datang situasinya memang udah nggak karu-karuan,”  cerita Boedi yang juga dikenal sebagai ilustrator andal. “Saya dengar hasil rekamannya, audionya ancur.”

Ia pun turun tangan, termasuk menampilkan logo versi pertama ciptaannya pada sampul album berwarna cokelat itu. Namun setelah berhasil mengedarkannya, Boedi Soesatio kembali mundur.  Nah, dalam periode inilah duet gitaris Ridho Hafiedz – Abdee Negara bergabung.

Abdee Negara (gitar)

Setelah tampil pertama kali di Bandung pada September 1997, Slank formasi ke-14 ini harus melalui jalan terjal dalam upaya merebut kembali kepercayaan publik. Saat itu tidak ada jaminan berhasil.  Untuk kasus serupa, banyak band lintas genre di Indonesia yang tidak mampu mempertahankan eksistensinya.  Slank mencoba melawan gambaran stereotipe tersebut dengan pembuktian album baru, Tujuh (1998), disusul album selanjutnya dan selanjutnya.

Kini Slank muncul dengan tampilan baru, sangat flamboyan. Tidak lagi terlihat lusuh. Fenomena ini melahirkan apa yang disebut ‘Slankers wangi’. Jumlahnya semakin bertambah dari hari ke hari.  Sebuah perubahan yang bukan tanpa resiko. Slankers generasi lama mengeritik mereka sudah kehilangan identitas. Sudah tidak Slenge’an lagi.  Benar begitu? Nanti kita akan bahas soal ini melalui pernyataan Bimbim dan Kaka. (Bersambung).

– Happy Anniversary –